Pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga, menilai penyesuaian harga Pertamax yang akan dilakukan setiap minggu justru tidak baik bagi masyarakat dan iklim investasi di Indonesia.
“Memang penyesuaian harga Pertamax dan JBU lainnya setiap minggu, tidak baik bagi masyarakat maupun iklim investasi di Indonesia. Ini karena fluktuasi harga minyak dunia cenderung tidak stabil dan tidak bisa dipastikan, jadi disini ada unsur uncertainty (ketidakpastian),” kata Daymas
Diketahui saat ini regulasi yang mengatur penyesuaian harga Jenis BBM Umum (JBU) dilakukan setiap bulan. Menurutnya, jika penyesuaian harga BBM nonsubsidi akan dilakukan setiap minggu, maka perlu ada regulasi pemerintah yang mengatur hal tersebut.
“Kecuali yang saya bilang, regulasi pemerintah sudah mengatur hal tersebut, sehingga badan usaha tidak ada keraguan dalam melakukan evaluasi harga setiap minggu,” ujarnya.
Dia menegaskan, rencana penyesuaian harga BBM nonsubsidi memang harus dituangkan dalam regulasi terbaru, untuk mengubah landasan penyesuaian harga JBU yang diatur di Kepmen ESDM nomor 62 tahun 2020.
Terkait untung ruginya, menurut Daymas tentu jika harga minyak dunia naik akan berdampak kepada masyarakat, begitupun sebaliknya apabila harga minyak turun, masyarakat aman.
“Untung ruginya kalau misalnya naik akan berdampak, kalau turun syukur. Tapi rasa-rasanya kalau melihat tren harga minyak dunia yang cenderung bergantung pada isu-isu yang terjadi, apalagi saat ini isu resesi global itu juga mengakibatkan fluktuasi harga minyak yang cenderung naik,” ujarnya.
Lantas, apakah rencana penyesuaian harga BBM nonsubsidi akan diumumkan setiap minggu membuat persaingan semakin kompetitif dengan swasta?
Daymas mengatakan, Pemerintah harus lebih dulu menyusun regulasinya. Jika tidak, maka persaingan akan kurang kompetitif dengan perusahaan BBM swasta.
“Nah, itu dia balik lagi harus ada penyesuaian regulasi yang memang mengatur untuk kenaikan penyesuaian BBM non subsidi,” pungkasnya.
No comment yet, add your voice below!