PT PLN (Persero) terus mengembangkan pemanfaatan berbagai bahan alami yang didapatkan dari potensi lokal daerah untuk dijadikan Biomassa pengganti batu bara.
Upaya tersebut menjadi salah satu inisiatif BUMN setrum negara dalam mencapai target net zero emission (NZE) di 2060 dengan mengganti bahan bakar batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Keseriusan tersebut tercermin melalui 2 (dua) Subholdingnya, yakni PT PLN Indonesia Power (IP) dan PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dalam agenda Indonesia National Electricity Day 2022 yang digelar di Jakarta belum lama ini.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengungkapkan pihaknya terus mengakselerasi pembangunan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Dia menambahkan, pasalnya, PLN IP telah mengelola 1,5 Giga Watt (GW) pembangkit berbasis EBT yang bertumpu pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Kapasitas EBT dari PLN IP tersebut akan meningkat menjadi 8,1 GW di tahun 2030 seiring pembangunan pembangkit EBT dari sumber daya lain seperti tenaga surya, angin, hingga gelombang laut.
“Sampai tahun 2030, pembangunan pembangkit EBT akan terus kami tingkatkan. Jika di tahun 2024 persentasenya baru 11 persen, di tahun 2030 akan melonjak jadi 30 persen dari keseluruhan pembangkit yang kami kelola,” ungkap Edwin dalam keterangan, Minggu, (4/12/2022).
Dia menuturkan, untuk jangka pendek PLN Group akan memaksimalkan pemanfaatan co-firing biomassa demi mencapai target NZE pada 2060.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga mangatakan, Indonesia sebagai area katulistiwa memiliki banyak pasokan energi biomassa.
“Pasokan energi saat ini masih didominasi oleh batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap, maka komitmen untuk mengurangi emisi yang awalnya menggunakan energi fosil (batu bara) secara perlahan bertransisi menggunakan sumber energi yang berkelanjutan”, tuturnya.
No comment yet, add your voice below!