Harga beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) mengalami penurunan harga, yakni Pertamax dan Pertamax Turbo. Penurunan itu terjadi di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia menjadi ke level di bawah 100 dollar AS per barrel.
Mengutip data Bloomberg, pada Jumat (7/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent berada di level 95,35 dollar AS per barrel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level 89,44 dollar AS per barrel.
Harga Pertamax kini dibanderol Rp 13.900 per liter dari sebelumnya seharga Rp 14.500 per liter, begitu pula dengan Pertamax Turbo menjadi seharga Rp 14.950 per liter dari sebelumnya Rp 15.900 per liter. Namun, penurunan harga tidak terjadi pada Pertalite yang tetap dipatok Rp 10.000 per liter.
Apakah ada peluang untuk harga BBM Pertalite turun mengikuti Pertamax?
Menurut Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, peluang harga Pertalite kembali turun masih jauh. Sebab saat ini harga jual BBM RON 90 itu belum mencapai harga keekonomiannya.
Harga Pertalite yang saat ini dijual ke masyarakat telah disubsidi oleh pemerintah dalam bentuk kompensasi kepada Pertamina, sehingga harga jualnya masih di bawah harga yang seharusnya.
“Sampai saat ini saya melihat peluang pertalite turun ini masih jauh. Hal ini karena memang belum masuk ke harga keekonomian. Masih ada beban kompensasi yang harus ditanggung pemerintah,” ujarnya kepada Kompas.com dikutip Jumat (7/10/2022).
Pertimbangan lainnya, harga minyak mentah dunia masih berpotensi kembali naik. Hal ini dikarenakan negara-negara Barat yang memiliki musim dingin akan meningkatkan penggunaan energi, terlebih diikuti momentum Natal dan tahun baru.
“Saat ini harga minyak cenderung naik juga. Apalagi menjelang musim dingin, juga Natal serta tahun baru. Kebutuhan akan energi pasti mengalami peningkatan,” kata Mamit.
Di sisi lain, negara-negara pengekspor minyak atau OPEC+ memutuskan memangkas produksi hingga 2 juta barrel per hari. OPEC+ berpendapat, langkah ini bisa mendorong pemulihan harga minyak mentah, yang sempat turun ke sekitar 80 dollar AS per barrel.
Kondisi pemangkasan produksi OPEC+ tersebut maka akan mengurangi pasokan minyak mentah di pasar global yang berakibat pada kenaikan harga.
Mamit menambahkan, jika harga Pertalite diturunkan, belum tentu pula akan diikuti dengan penurunan harga kebutuhan pokok dan tarif transportasi publik. Alhasil, penurunan harga tidak sepenuhnya bisa dinikmati masyarakat. “Yang ada nanti hanya berkurang di BBM tetapi yang lain tetap sama. Jadi masyarakat tidak mendapatkan manfaat secara optimal dari penurunan harga BB subsidi ini,” pungkasnya.
No comment yet, add your voice below!