Jakarta, energywatch.or.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam rawan terancam krisis energi. Penyebabnya adalah ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil saat ini yang cukup besar.
Menurutnya, saat ini 42,4% energi tanah air dipasok oleh batu bara dan 31,4% dari minyak bumi. Tapi, di tengah tingginya porsi itu, produksi minyak justru berkurang.
“Produksi minyak bumi nasional tidak akan mencukupi kebutuhan nasional. Padahal, konsumsi energi terus meningkat sehingga ketahanan energi akan semakin kritis,” ungkap Arifin dalam Green Economy Forum 2023 pada Selasa (06/06/2023).
Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga mengatakan, ancaman krisis energi memang rawan mengintai Indonesia. Potensi ancaman ini berasal dari produksi minyak di dalam negeri yang belakangan ini turun dan sulit mencapai 600 ribu barel per hari.
Celakanya kata Daymas, di tengah penurunan produksi itu, Indonesia belum menemukan cadangan minyak baru yang potensinya besar.
“Kenapa tidak ada penemuan minyak yang signifikan, karena kegiatan ekplorasi tak maksimal,” katanya dalam keterangan tertulis pada Rabu (07/06/2023).
Atas dasar itulah, ia meminta pemerintah dalam hal ini SKK Migas untuk bergerak cepat dan mengambil langkah serius untuk menggeber kegiatan explorasi dan pengeboran sumur untuk menemukan cadangan baru.
Langkah lain, menggenjot pengembangan infrastruktur energi terbarukan. Ia mengatakan pengembangan energi baru terbarukan selama ini memang belum menarik bagi investor.
Nah di sinilah kata dia, pemerintah harus masuk dengan memberikan insentif supaya investor mau masuk.
“Insentif terkait di sini seperti keringanan pajak, suku bunga investasi, kemudahan pengurusan administrasi, implementasi tarif yang menarik dan insentif lainnya,” katanya.
Dengan insentif itu ia berharap investor mau masuk dan pengembangan energi baru terbarukan bisa digeber.
“Soalnya apabila tidak ada skema bisnis dan insentif yang menarik, tidak ada yang mau masuk. Tapi kalau disusun skema bisnis yang baik dan ditambah insentif, maka tentunya akan banyak investor yang masuk,” katanya.
Ia mengatakan kalau upaya-upaya kongkret itu tak segera dilakukan, potensi Indonesia terjerembab ke krisis energi cukup besar dan tinggal menghitung hari saja.
“Bicara mengenai krisisi energi, kalau dibilang saat ini mungkin itu bisa menjadi suatu ancaman ya apabila memang bila tadi dalam sektor migas tidak ditanggapi serius,” katanya.
No comment yet, add your voice below!