Ambisi pemerintah untuk menekan emisi karbon terlihat dari peningkatan target pengurangan emisi karbon dalam enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, dari 29% menjadi 31,89% dengan kemampuan sendiri dan menjadi 43,20% dengan dukungan Internasional dari sebelumnya hanya 41% pada 2030.
Di sini, PT Pertamina (Persero) punya peran yang sangat penting dan strategis dalam menjadi penyokong Indonesia menuju nol emisi karbon di 2060. Di 2020 sendiri, Pertamina sudah berhasil menurunkan emisi 27,08% dan menargetkan pengurangan emisi 30% pada 2030.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mendukung dengan apa yang dilakukan oleh Pertamina. Menurutnya, infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia saat ini memang dinilai masih cukup minim.
Ke depan diharapkan terus dilakukan penambahan, mengingat tren penggunaan kendaraan listrik akan semakin besar. Karena itulah Pertamina punya peran yang cukup besar.
“Harus disiapkan dari sekarang tapi populasi kendaraan listrik juga belum terlalu besar. Saya kira ini akan berjalan berkesinambungan ke depannya,” kata Mamit Setiawan.
Selain pengembangan infrastruktur, menurut Mamit perlu dikembangkan berbagai insentif terutama dari sisi harga. Hal itu agar menarik minat masyarakat sehingga mau beralih ke kendaraan listrik dengan harga terjangkau.
“Lalu desain kendaraan harus benar-benar bisa menarik masyarakat Indonesia yang bisa muat banyak, infrastruktur jalan harus diperbaiki, disiapkan banyak SPKLU ke depannya, tempat pengisian baterai juga harus diperbanyak tidak hanya di SPBU tapi juga di tempat nongkrong atau di mana,” sarannya.
No comment yet, add your voice below!